Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Rabu, 29 April 2020

Persetubuhan Yang Sangat Memuaskan Bersama Pacarku dan Kedua Adiknya

ZumaQQ: Situs Pkv games DominoQQ dan BandarQ Online Terpercaya

Persetubuhan Yang Sangat Memuaskan Bersama Pacarku dan Kedua Adiknya

ZumaQQ - Cerita ini berawal ketika aku pacaran dengan Devi. Devi adalah seorang gadis mungil dengan tubuh yang seksi dan dibalut oleh kulit yang putih mulus. Walaupun payudaranya tidak terlalu besar, ya... kira-kira berukuran 32 lah. Selama pacaran, kami belum pernah berhubungan badan. Hanya saja kalau nafsu sudah tidak bisa ditahan, biasanya kami melakukan oral seks. Devi memiliki dua orang adik perempuan yang cantik. 

Adiknya yang pertama, namanya Stevi, juga mempunyai kulit yang putih mulus. Namun payudaranya jauh lebih besar daripada kakaknya. Menurut kakaknya, ukurannya 34B. Inilah yang selalu menjadi perhatianku kalau aku sedang ngapel ke rumah Devi. Payudaranya yang berayun-ayun kalau sedang berjalan, membuat penisku berdiri tegak karena membayangkan betapa enaknya memegang payudaranya. 

Sedangkan adiknya yang kedua masih kelas 2 SMP. Namanya Vivi. Tidak seperti kedua kakaknya, kulitnya berwarna sawo matang. Tubuhnya semampai seperti seorang model cat walk. Payudaranya baru tumbuh. Sehingga kalau memakai baju yang ketat, hanya terlihat tonjolan kecil dengan puting yang mencuat. Walaupun begitu, gerak-geriknya sangat sensual

Suatu hari, saat di rumah Devi sedang tidak ada orang, aku datang ke rumahnya. Wah, pikiranku langsung terbang ke mana-mana. Apalagi Devi mengenakan daster dengan potongan dada yang rendah berwarna hijau muda sehingga terlihat kontras dengan kulitnya. Kebetulan saat itu aku membawa VCD yang baru saja kubeli. Maksudku ingin kutonton berdua dengan Devi. 

Baru saja hendak kupencet tombol play, tiba-tiba Devi menyodorkan sebuah VCD porno. "Hei, dapat darimana sayang?" tanyaku sedikit terkejut. "Dari teman. Tadi dia titip ke Devi karena takut ketahuan ibunya", katanya sambil duduk di pangkuanku. "Nonton ini aja ya sayang. Devi kan belum pernah nonton yang kayak gini, ya?" pintanya sedikit memaksa. "Oke, terserah kamu", jawabku sambil menyalakan TV. 

Beberapa menit kemudian, kami terpaku pada adegan panas demi adegan panas yang ditampilkan. Tanpa terasa penisku mengeras. Menusuk-nusuk pantat Devi yang duduk di pangkuanku. Devi pun memandang ke arahku sambil tersenyum. Rupanya dia juga merasakan. "Ehm, kamu udah terangsang ya sayang?" tanyanya sambil mendesah dan kemudian Devi mengulum telingaku. Aku hanya bisa tersenyum kegelian. 

Lalu tanpa basa-basi kuraih bibirnya yang merah dan langsung kucium, kujilat dengan penuh nafsu. Jari-jemari Devi yang mungil mengelus-elus penisku yang semakin mengeras. Lalu beberapa saat kemudian Devi, tanpa kami sadari ternyata kami sudah telanjang bulat. Segera saja Devi kugendong menuju kamarnya. Di kamarnya yang nyaman kami mulai melakukan forplay. 

Kuremas payudaranya yang kiri. Sedangkan yang kanan ku kulum putingnya yang mengeras. Kurasakan payudaranya semakin mengeras dan kenyal. Kuganti posisi. Sekarang lidahku liar menjilati vaginanya yang basah. Kuraih klitorisnya, dan kugigit dengan lembut. "Aahh... ahh... sa.. sayang, Devi udah nggak kuat... emh... ahh... Devi udah mau keluar... aackh... ahh... ahh!" Kurasakan ada cairan hangat yang membasahi mukaku. Setelah itu, kudekatkan penisku ke arah mulutnya. 

Tangan Devi meremas batangku sambil mengocoknya dengan perlahan, sedangkan lidahnya memainkan buah pelirku sambil sesekali mengulumnya. Setelah puas bermain dengan buah pelirku, Devi mulai memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mulutnya yang mungil tidak muat saat penisku masuk seluruhnya. Tapi ku akui sedotannya memang nikmat sekali. Sambil terus mengulum dan mengocok batang penisku, Devi memainkan puting susuku. Sehingga membuatku hampir ejakulasi di mulutnya. Untung masih dapat kutahan. Aku tidak mau keluar dulu sebelum merasakan penisku masuk ke dalam vaginanya yang masih perawan itu. 

ZumaQQ: Situs Pkv games DominoQQ dan BandarQ Online Terpercaya

Saat sedang hot-hotnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Aku dan Devi terkejut bukan main. Ternyata yang datang adalah kedua adiknya. Keduanya spontan berteriak kaget. "Kak Devi, apa-apan sih? Gimana kalau ketahuan Mama?" teriak Vivi. Sedangkan Stevi hanya menunduk malu. Aku dan Devi saling berpandangan. Kemudian Devi aku bergerak mendekati Vivi. Melihatku yang telanjang bulat dengan penis yang berdiri tegak, membuat Vivi berteriak tertahan sambil menutup matanya. "Iih... Kakak!" jeritnya. "Itunya berdiri!" katanya lagi sambil menunjuk penisku

Aku hanya tersenyum melihat tingkah lakunya. Setelah dekat, kurangkul dia sambil berkata, "Vivi, Kakak sama Kak Devi kan nggak ngapa-ngapain. Kita kan lagi pacaran. Yang namanya orang pacaran ya... kayak begini ini. Nanti kalo Vivi dapet pacar, pasti ngelakuin yang kayak begini juga. Vivi udah bisa apa belum?" tanyaku sambil mengelus pipinya yang halus. 

Vivi menggeleng perlahan. "Mau nggak Kakak ajarin?" tanyaku lagi. Kali ini sambil meremas pantatnya yang padat. "Mmh, Vivi malu ah Kak", desahnya. "Kenapa musti malu? Vivi suka nggak sama Kakak?" kataku sambil menciumi belakang lehernya yang ditumbuhi rambut halus. "Ahh, i.. iya. Vivi udah lama suka ama Kakak. Tapinya nggak enak sama Kak Devi", jawabnya sambil memejamkan mata. 

Tampaknya Vivi menikmati ciumanku di lehernya. Setelah puas menciumi leher Vivi, aku beralih ke Stevi. "Kalo Stevi gimana? Suka nggak ama Kakak?" Stevi mengangguk sambil kepalanya masih tertunduk. "Ya udah. Kalo gitu tunggu apa lagi", kataku sambil menggandeng keduanya ke arah tempat tidur. Stevi duduk di pinggiran tempat tidur sambil kusuruh untuk mengulum penisku. Pertamanya sih dia nggak mau, tapi setelah kurayu sambil kuraba payudaranya yang besar itu, Stevi mau juga. 

Bahkan setelah beberapa kali memasukkan penisku ke dalam mulutnya, Stevi tampaknya sangat menikmati tugasnya itu. Sementara Stevi sedang memainkan penisku, aku mulai merayu Vivi. "Vivi, bajunya Kakak buka ya?" pintaku sedikit memaksa sambil mulai membuka kancing baju sekolahnya. Lalu kulanjutkan dengan membuka roknya. Ketika roknya jatuh ke lantai, terlihat CD-nya sudah mulai basah. 

Segera saja kulumat bibirnya dengan bibirku. Lidahku bergerak-gerak menjilati lidahnya. Vivi pun kemudian Devi melakukan hal yang sama. Sambil tetap menciumi bibirnya, tanganku bermaksud membuka BH-nya. Tapi segera ditepiskannya tanganku. "Jangan Kak, malu. Dada Vivi kan kecil", katanya sambil menutupi dadanya dengan tangannya. Dengan tersenyum kuajak dia menuju ke kaca yang ada di meja rias. Kusuruh dia berkaca. Sementara aku ada di belakangnya. 

"Dibuka dulu ya!" kataku membuka kancing BH-nya sambil menciumi lehernya. Setelah BH-nya kujatuhkan ke lantai, payudaranya kuremas perlahan sambil memainkan putingnya yang berwarna coklat muda dan sudah mengeras itu. "Nah, kamu lihat sendiri kan. Biar dada kamu kecil, tapi kan bentuknya bagus. Lagian kamu kan emang masih kecil, wajar aja kalo dada kamu kecil.

Nanti kalo udah gede, dada kamu pasti ikutan gede juga", kataku sambil mengusapkan penisku ke belahan pantatnya. Vivi mendesah keenakan. Kepalanya bersandar ke dadaku. Tangannya terkulai lemas. Hanya nafasnya saja yang kudengar makin memburu. Segera kugendong dia menuju ke tempat tidur. Kutidurkan dan kupelorotkan CD-nya. Bulu kemaluannya masih sangat jarang. Menyerupai bulu halus yang tumbuh di tangannya. 

Kulebarkan kakinya agar mudah menuju ke vaginanya. Kucium dengan lembut sambil sesekali kujilat klitorisnya. Sementara Stevi kusuruh untuk meremas-remas payudaranya adiknya itu. "Aahh... ach... ge... geli Kak. Tapi nikmat sekali, aahh terus Kak. Jangan berhenti. Mmh... aahh... ahh." Setelah puas dengan vagina Vivi. Aku menarik Stevi menjauh sedikit dari tempat tidur. Devi kusuruh meneruskan. Lalu dengan gaya 69, Devi menyuruh Vivi menjilati vaginanya. Sementara itu, aku mulai mencumbu Stevi. Kubuka kaos ketatnya dengan terburu-buru. 

Lalu segera kubuka BH-nya. Sehingga payudaranya yang besar bergoyang-goyang di depan mukaku. "Wow, tok*t kamu bagus banget. Apalagi putingnya, merah banget kayak permen", godaku sambil meremas-remas payudaranya dan mengulum putingnya yang besar. Sedangkan Stevi hanya tersenyum malu. "Ahh, ah Kakak, bisa aja", katanya sambil tangan kirinya mengelus kepalaku dan tangan kanannya berusaha manjangkau penisku. 

Melihat dia kesulitan, segera kudekatkan penisku dan kutekan-tekankan ke vaginanya. Sambil mendesah keenakan, tangannya mengocok penisku. Karena kurasakan air maniku hampir saja muncrat, segera kuhentikan kocokannya yang benar-benar nikmat itu. Harus kuakui, kocokannya lebih nikmat daripada Devi. Setelah menenangkan diri agar air maniku tidak keluar dulu, aku mulai melorotkan CD-nya yang sudah basah kuyup. 

Begitu terbuka, terlihat bulu kemaluannya lebat sekali, walaupun tidak selebat Devi, sehingga membuatku sedikit kesulitan melihat vaginanya. Setelah kusibakkan, baru terlihat vaginanya yang berair. Kusuruh Stevi mengangkang lebih lebar lagi agar memudahkanku menjilat vaginanya. Kujilat dan kuciumi vaginanya. Kepalaku dijepit oleh kedua pahanya yang putih mulus dan padat. 

Nyaman sekali pikirku. "aahh, Kak... Stevi mau pipiss..." erangnya sambil meremas pundakku. "Keluarin aja. Jangan ditahan", kataku. Baru selesai ngomong, dari vaginanya terpancar air yang lumayan banyak. Bahkan penisku sempat terguyur oleh pipisnya. Wah nikmat sekali jeritku dalam hati. Hangat. Setelah selesai, kuajak Stevi kembali ke tempat tidur. Kulihat Devi dan Vivi sedang asyik berciuman sambil tangan keduanya memainkan vaginanya masing-masing. Sementara di sprei terlihat ada banyak cairan. Rupanya keduanya sudah sempat ejakulasi.

Karena Devi adalah pacarku, maka ia yang dapat kesempatan pertama untuk merasakan penisku. Kusuruh Devi nungging. "Sayang, Devi udah lama nunggu saat-saat ini", katanya sambil mengambil posisi nungging. Setelah sebelumnya sempat mencium bibirku dan kemudian Devi mengecup penisku dengan mesra. Tanpa berlama-lama lagi, kuarahkan penisku ke vaginanya yang sedikit membuka. 

Lalu mulai kumasukkan sedikit demi sedikit. Vaginanya masih sangat sempit. Tapi tetap kupaksakan. Dengan hentakan, kutekan penisku agar lebih masuk ke dalam. "Aachk! Sayang, sa... sakit! aahhck... ahhck..." Devi mengerang tetapi aku tak peduli. Penisku terus kuhunjamkan. Sehingga akhirnya penisku seluruhnya masuk ke dalam vaginanya. Kuistirahatkan penisku sebentar. Kurasakan vaginanya berdenyut-denyut. Membuatku ingin beraksi lagi. Kumulai lagi kocokan penisku di dalam vaginanya yang basah sehingga memudahkan penisku untuk bergerak. 

Kutarik penisku dengan perlahan-lahan membuatnya menggeliat dalam kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Makin kupercepat kocokanku. Tiba-tiba tubuh Devi menggeliat dengan liar dan mengerang dengan keras. Kemudian Devi tubuhnya kembali melemas dengan nafas yang memburu. Kurasakan penisku bagai disemprot oleh air hangat. Rupanya Devi sudah ejakulasi. Kucabut penisku dari vaginanya. Terlihat ada cairan yang menetes dari vaginanya. 

"Kok ada darahnya sayang?" tanya Devi terkejut ketika melihat ke vaginanya. "Kan baru pertama kali", balas Devi mesra. "Udah, nggak apa-apa. Yang penting nikmat kan sayang?" kataku menenangkannya sambil mengeluskan penisku ke mulut Stevi. Devi cuma tersenyum dan setelah kucium bibirnya, aku pindah ke Stevi. Sambil mengambil posisi mengangkang di atasnya, kudekatkan penisku ke mulutnya. 

Kusuruh mengulum sebentar. Lalu kuletakkan penisku di antara belahan payudaranya. Kemudian Devi kudekatkan kedua payudaranya sehingga menjepit penisku. Begitu penisku terjepit oleh payudaranya, kurasakan kehangatan. "Ooh... Stevi, hangat sekali. Seperti vagina", kataku sambil memaju-mundurkan pinggulku. Stevi tertawa kegelian. Tapi sebentar kemudian Devi yang terdengar dari mulutnya hanyalah desahan kenikmatan.

Setelah beberapa saat mengocok penisku dengan payudaranya, kutarik penisku dan kuarahkan ke mulut bawahnya. "Dimasukin sekarang ya?" kataku sambil mengusapkan penisku ke bibir kewanitaannya. Kusuruh Stevi lebih mengangkang. Kupegang penisku dan kemudian kumasukkan ke dalam ke wanitaannya. Dibanding Devi, vagina Stevi lebih mudah dimasuki karena lebih lebar. Kedua jarinya membuka kewanitaannya agar lebih gampang dimasuki. 

Sama seperti kakaknya, Stevi sempat mengerang kesakitan. Tapi tampaknya tidak begitu dipedulikannnya. Kenikmatan hubungan seks yang belum pernah dia rasakan mengalahkan perasaan apapun yang dia rasakan saat itu. Kupercepat kocokanku. "Aahh... aahh... aacchk... Kak terus Kak... ahh... ahh... mmh... aahh... Stevi udah mau ke... keluar." 

Mendengar itu, semakin dalam kutanamkan penisku dan semakin kupercepat kocokanku. "Aahh... Kak... Stevi keluar! mmh... aahh... ahh..." Segera kucabut penisku. Dan kemudian dari bibir kemaluannya mengalir cairan yang sangat banyak. "Stevi, nikmat khan?" tanyaku sambil menyuruh Vivi mendekat. "Enak sekali Kak. Stevi belum pernah ngerasain yang kayak gitu. Boleh kan Stevi ngerasain lagi?" tanyanya dengan mata yang sayu dan senyum yang tersungging di bibirnya. 

Aku mengangguk. Dengan gerakan lamban, Stevi pindah mendekati Devi. Yang kemudian disambut dengan ciuman mesra oleh Devi. "Nah, sekarang giliran kamu", kataku sambil merangkul pundak Vivi. Kemudian Devi, untuk merangsangnya kembali, kurendahkan tubuhku dan kumainkan payudaranya. Bisa kudengar jantungnya berdegup dengan keras. BandarQQ

"Vivi jangan tegang ya. Rileks aja", bujukku sambil membelai-belai vaginanya yang mulai basah. Vivi cuma mengangguk lemah. Kubaringkan tubuhku. Kubimbing Vivi agar duduk di atasku. Setelah itu kuminta mendekatkan vaginanya ke mulutku. Setelah dekat, segera kucium dan kujilati dengan penuh nafsu. Kusuruh tangannya mengocok penisku. Beberapa saat kemudian, "Kak... aahh... ada yang... mau... keluar dari mem*k Vivi... aahh... ahh", erangnya sambil menggeliat-geliat. "Jangan ditahan Vivi. Keluarin aja", kataku sambil meringis kesakitan. 

Soalnya tangannya meremas penisku keras sekali. Baru saja aku selesai ngomong, vaginanya mengalir cairan hangat. "Aahh... aachk... nikmat sekali Kak... nikmat..." jerit Vivi dengan tangan meremas-remas payudaranya sendiri. Setelah kujilati vaginanya, kusuruh dia jongkok di atas penisku. Begitu jongkok, kuangkat pinggulku sehingga kepala penisku menempel dengan bibir vaginanya. Kubuka vaginanya dengan jari-jariku, dan kusuruh dia turun sedikit-sedikit. Vaginanya sempit sekali. 

Maklum, masih anak-anak. Penisku mulai masuk sedikit-sedikit. Vivi mengerang menahan sakit. Kulihat darah mengalir sedikit dari vaginanya. Rupanya selaput daranya sudah berhasil kutembus. Setelah setengah dari penisku masuk, kutekan pinggulnya dengan keras sehingga akhirnya penisku masuk semua ke vaginanya. DominoQQ

Hentakan yang cukup keras tadi membuat Vivi menjerit kesakitan. Untuk mengurangi rasa sakitnya, kuraba payudaranya dan kuremas-remas dengan lembut. Setelah Vivi merasa nikmat, baru kuteruskan mengocok vaginanya. Lama-kelamaan Vivi mulai menikmati kocokanku. Kunaik-turunkan tubuhnya sehingga penisku makin dalam menghunjam ke dalam vaginanya yang semakin basah. Kubimbing tubuhnya agar naik turun. "Aahh... aahh... aachk... Kak... Vivi... mau keluar... lagi", 

katanya sambil terengah-engah. Selesai berbicara, penisku kembali disiram dengan cairan hangat. Bahkan lebih hangat dari kedua kakaknya. Begitu selesai ejakulasi, Vivi terkulai lemas dan memelukku. Kuangkat wajahnya, kubelai rambutnya dan kulumat bibirnya dengan mesra. Setelah kududukkan Vivi di sebelahku, kupanggil kedua kakaknya agar mendekat. KemuDevi aku berdiri dan mendekatkan penisku ke muka mereka bertiga. Kukocok penisku dengan tanganku. Aku sudah tidak tahan lagi. Mereka secara bergantian mengulum penisku. Membantuku mengeluarkan air mani yang sejak tadi kutahan. Makin lama semakin cepat. Dan akhirnya, crooottt... croott... creet... creet! 

Air maniku memancar banyak sekali. Membasahi wajah kakak beradik itu. Kukocok penisku lebih cepat lagi agar keluar lebih banyak. Setelah air maniku tidak keluar lagi, ketiganya tanpa disuruh menjilati air mani yang masih menetes. Lalu kemudian menjilati wajah mereka sendiri bergantian. Setelah selesai, kubaringkan diriku, dan ketiganya kemudian merangkulku. Vivi di kananku, Stevi di samping kiriku, sedangkan Devi tiduran di tubuhku sambil mencium bibirku. 

Kami berempat akhirnya tertidur kecapaian. Apalagi aku, sepanjang pengalamanku berhubungan seks, belum pernah aku merasakan yang senikmat ini. Dengan tiga orang gadis, adik kakak, masih perawan pula semuanya. That was the best day of my life. 

Sebelum kami mengakhiri artikel ini, apa kalian sudah tahu dengan apa yang di maksud oleh ZumaQQ ? Untuk info lebih jelasnya lagi kalian bisa langsung kunjungi,

ZumaQQ: Situs Pkv games DominoQQ dan BandarQ Online Terpercaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

Your Ad Spot