Perselingkuhan Nikmat Yang Tak Berujung Dengan Istri Tetanggaku
ZumaQQ - Perkenalkan nama aku Pendi, pada suatu malam tiba waktu aku giliran ronda. Tetapi sampai pukul 23.00 dua orang temanku tidak muncul di pos ronda. Aku tidak peduli mau datang apa tidak, karena aku maklum tugas ronda adalah sukarela, sehingga tidak baik untuk dipaksa-paksa. Biarlah aku ronda sendiri tidak ada masalah.
Karena memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mengontrol kampung. Biasanya kami mengelilingi rumah-rumah penduduk. Waktu sampai di samping rumah Pak Panji, aku melihat kaca nako yang belum tertutup. Aku mendekati untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yang membukanya. Dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi.
Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja. Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata suara itu datang dari dalam kamar.
Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ternyata itu suara orang bersetubuh dengan penuh gairah. Nampaknya ini kamar tidur Pak Panji dan istrinya. Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur lebih jelas terdengar.
Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak Panji sedang mengocok liang vagina Bu Panji dengan penuh gairah. Aduuh, darahku naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul-betul iri membayangkan Pak Panji menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Panji yang cantik dan bahenol itu.
Sejak kejadian malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat tidurnya. Walaupun nako tidak terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang tidak rapat benar. Aku jadi seperti mata-mata yang mengamati kegiatan mereka di sore hari.
Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Jika aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur.
Tetapi jika mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih Bu Panji yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Panji), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan. Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Panji dan khususnya suara Bu Panji yang keenakan disetubuhi suaminya dengan penuh gairah.
Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Panji juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Panji itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus.
Aku menyadari bahwa itu tidak akan mungkin terjadi, karena Bu Panji istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Panji pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Panji.
Suatu hari aku mendengar Pak Panji opname di rumah sakit, katanya operasi usus buntu. Sebagai tetangga yang baik aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Panji. Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Panji.
Sore itu, mereka sepakat kalau Bu Panji akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Panji sudah beberapa hari tidak pulang. Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.
Sehabis mahgrib aku bersama Bu Panji pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak Panji. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang. Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Panji.
Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol, sampai selesai kami jadi berdiam-diaman diperjalanan pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir.
Sesampai dirumah aku mencoba untuk tidur tidak bisa, Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Panji yang sekarang sendirian, hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk mendatangi rumah Bu Panji. Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku sudah keluar rumah.
Aku mendatangi kamar Bu Panji. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca nakonya, mungkin Bu Panji bangun dan takut. Bisa juga mengira aku maling. Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali. Aku nggak tahan lagi, Bu Panji aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut dan mesra, penuh kerinduan. Bu Panji membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.
Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman lagi dengan penuh gairah. “Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen”, bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Gairah kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur, bu Panji membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan.
Bu Panji menyingkapkan dasternya ke atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung. Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas.
Sementara tanganku merogoh kemaluannya, celana dalamnya ku lepaskan, dan Bu Panji meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya. Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang. Bu Panji segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh, rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Panji, bertelekan pada sikut dan dengkulku. Kaki Bu Panji dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah.
Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk, semakin dalam, semakin… dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Panji. Aku turun naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Panji yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar masuk, turun naik dengan penuh nafsu dan gairah. Kupercepat lagi dengan penuh gairah. Suaranya vagina Bu Panji kecepak-kecepok, menambah semangatku.
Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Panji sampai amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Panji. Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku melayang entah kemana.
Selesailah sudah, Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi puas sekali. Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yang terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.
Aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan siapa aku membuat anak”, katan bu panji sambil mencubitku. Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Panji tetanggaku, beberapa kali kami berhubungan dengan penuh gairah.
Keluarga Pak Panji sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang cantik. Bu Panji sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis. Tetanggaku pada meledek Bu Panji, mungkin waktu hamil Bu Panji benci sekali sama aku. Karena anaknya yang cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yang persis seperti mata, pipi, hidung, dan bibirku.
Seperti ceritaku di awal, hubunganku dengan Bu Panji istri tetanggaku yang cantik itu tetap berlanjut sampai kini sudah berjalan dua tahun lebih kami berselingkuh. Hal ini karena pak panji setelah keluar dari rumah sakit gairah sex nya berkurang, karena itu hubungan perselingkuhan kita masih berlanjut. Karena bu panji merasa kurang puas bersetubuh dengan pak panji.
Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Panji, kami sepakat dengan membuat kode khusus yang hanya diketahui kami berdua. Apabila Pak Panji tidak ada di rumah dan benar-benar aman, Bu Panji memadamkan lampu di sumur belakang rumahnya. Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam, berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Panji.
Karena dari samping rumahku dapat terlihat belakang rumah Bu Panji, dengan mudah aku dapat menangkap kode tersebut. Tetapi pernah tanda itu tidak ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Panji sudah bosan denganku.
Tetapi ternyata memang kesempatan itu benar-benar tidak ada, sehingga tidak aman untuk bertemu. Pada suatu hari aku berpapasan dengan Bu Panji di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa baik-baik. Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Aku sudah siap untuk menemui Bu Panji. Aku hanya memakai sarung, (tidak memakai celana dalam) dan kaos lengan panjang biar sedikit hangat. DominoQQ
Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Panji sudah padam dari tadi. Aku berjalan memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku menuju ke samping rumah Bu Panji. Aku ketok kaca nako kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang.
Tidak berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali. Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Panji masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali, kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami dengan penuh gairah.
Kami sangat menikmati kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tidak mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Setelah itu, Bu Panji mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami berpandangan mesra, Bu Panji tersenyum manis dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.
Kami berpelukan dan berciuman lagi dengan penuh gairah. Tentu saja kami tidak puas hanya berciuman dan berpelukan saja. Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Panji pasrah saja mau diapain bu panji memakai daster tidur yang pendek dan tipis.
Kubuka turunkan dasternya ke bawah, Menyembullah buah dadanya yang putih menggunung (dia sudah tidak pakai BH). Celana dalam warna putih yang menutupi vaginanya yang nyempluk itu aku pelorotkan. Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yang indah, vaginanya yang agak terbuka, aduh pemandangan itu sungguh indah, benar-benar membuatku menelan ludah.
Wajah yang ayu, buah dada yang putih menggunung, perut yang langsing, vagina yang nyempluk dan agak terbuka, kaki yang indah agak mengangkang, sungguh mempesona. Aku tidak tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Panji. Kugumuli dia dengan penuh gairah. Aku tidak peduli Bu Panji megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis gemes dan napsu banget sih.
Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. Penisku yang sudah tegang banget aku paskan ke vaginanya. Terampil tangan Bu Panji memegangnya dan dituntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah. Tidak ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam vaginanya. Dengan penuh semangat kukocok vagina Bu Panji dengan penisku. BandarQQ
Bu Panji semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih. Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak. Bu Panji menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia merangkul kuat-kuat. Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. Penisku masih di dalam, aku gerakkan pelan-pelan, aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Vaginanya licin sekali penuh spermaku.
Kucabut penisku dan aku terguling di samping Bu Panji. Bu Panji miring menghadapku dan tangannya diletakkan di atas perutku. Dia berbisik, “Paa, Nia sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya paa. Aku ingin dia seorang laki-laki. Aku memang sudah berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Kalau aku hamil lagi berarti Papa masih joosss. Kalau nanti mau menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yang baru saja dibuat ini.” Dia tersenyum manis. Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.
Malam itu kami bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan. Kami tuntaskan kerinduan dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku menunggu dengan harap-harap cemas, jadikah anakku yang kedua di rahim istri gelapku ini?
Sebelum kami mengakhiri artikel ini, apa kalian sudah tahu dengan apa yang di maksud oleh ZumaQQ ? Untuk info lebih jelasnya lagi kalian bisa langsung kunjungi,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar